Jangan Pernah Dilupakan,,,


Selain ibu, sosok satu ini sangat berperan dalam kehidupan kita, Ayah,,,
Sosok Ayah, sering terabaikan dalam benak anak-anaknya. Keberadaan Ayah kadang dianggap tidak sepenting keberadaan Ibu. Existensinya dianggap tidak begitu banyak berperan dalam perkembangan kepribadian dan keimanan sang anak. Bahkan, dalam sebuah hadist, “nilai” seorang Ayah di vonis tiga kali kalah mulia di banding Ibu.
Benarkah demikian? Jika direnungkan, kenyataan yang sering kita temukan dalam kehidupan sehari-hari memang menunjukkan bahwa pernyataan di atas benar adanya. Namun jika kita telisik lebih dalam kasus per kasus ketidakdekatan Ayah-Anak yang terjadi di masyarakat, bahkan dalam keluarga kita sendiri, ada sebab yang menjadi muasal hal itu terjadi. Pada sebagian kasus, ketidakdekatan itu terjadi karena kuantitas waktu kebersamaan para ayah dengan anak yang sangat minim. Kewajiban ayah mencari nafkah demi kelangsungan hidup keluarga, merupakan sebab paling utama seorang ayah tidak dapat memberikan waktu yang cukup untuk turut serta mendidik dan memberikan kasih sayang kepada anak-anaknya.
Sebagian kasus yang lain, sifat tertutup dan menjaga jarak yang dimiliki oleh sebagian besar sosok ayah yang berada di Indonesia–kebanyakan disebabkan oleh adat dan karakter masyarakat kita– menyebabkan komunikasi antara ayah dan anak menjadi renggang. Kedekatan emosi sangat sulit dibangun dalam situasi ini. Boro-boro untuk berkomunikasi, sekedar mengucapkan selamat atas prestasi yang dicapai oleh sang anak pun, kadang begitu sulit dilakukan oleh karakter ayah seperti ini. Dinding yang tak nampak seakan membatasi mereka bahkan untuk sekedar menyapa sang anak dengan panggilan yang menyenangkan.
Sebagian anak-anak yang lain, terpaksa tumbuh dan besar tanpa kualitas maupun kuantitas yang cukup bersama ayah mereka. Sosok seorang ayah menjadi asing atau hilang sama sekali dari benak mereka.
Kondisi seperti ini sangat umum dialami oleh kita, anak-anak dengan sosok ayah yang kadang jauh dari ideal. Keterbatasan pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya kuantitas dan kualitas dalam hubungan dengan ayah, membuat sebagian anak tumbuh dalam kondisi labil. Namun, mereka harus terus “tumbuh” walau jiwa kadang begitu merindu sosok ayah yang mampu membuatnya merasa tentram, damai dan bahagia. Hidup memang tidak memberikan pilihan bagi kita untuk me-request tipe ayah seperti apa yang kita mau. Kita wajib menerima dan mensyukuri apapun adanya ayah kita.
Sepotong cinta, walau kadang terselip diantara tumpukan-tumpukan memori buruk dan pengalaman tidak berkesan tentang ayah, tetap saja ada di hati setiap anak. Hadir dan memberi kekuatan untuk tetap memperlakukan sosok yang sering terabaikan itu, dengan penuh hormat. Kekuatan cinta yang kerap membisikan pada nurani setiap anak untuk berusaha menjadi sosok-sosok sholeh dan sholehah, yang do’anya di’ijabah dan menjadi amal yang tidak putus walau sosok sang ayah telah berpulang ke Rahmatullah.
Buku ini bercerita tentang sepotong cinta yang ada di hati anak-anak dengan berbagai macam karakter, hasil didikan dan pengaruh dari berbagai karakter ayah pula. Walaupun cinta anak pada ayah itu sering tidak diabaikan, dan kenyataannya memang kalah besar dengan cintanya untuk Ibu, namun tetap berperan besar dalam pembentukan karakter anak-anak tersebut.
Semoga hikmah yang ada di setiap kisah, mampu ditangkap dan diserap oleh pembaca. Kami berharap, segala kekurangan yang ada dalam masing-masing karakter ayah yang tersaji, menjadi pelajaran yang berguna bagi setiap pembaca yag bercita-cita menjadi seorang ayah yang ideal kelak. Juga kelebihan yang nampak, dapat menjadi suri tauladan untuk ditiru.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Seorang Mualaf: MAHER ZAIN

Bisik Hening Malam..