Lelaki Tua dan Seorang Pemuda


Di suatu sore yang indah duduklah lelaki tua dengan seorang pemuda tampan di halaman sebuah rumah yang indah. Lelaki tua itu, sudah tidak bisa melihat dan mendengar dengan jelas apa yang terjadi di sekelilingnya.

“Apa itu nak?” kata lelaki tua tersebut kepada pemuda yang asyik membaca koran disampingnya.

“Burung Gereja Pak !” katanya setelah melihat seekor burung gereja hinggap di dahan sebuah bunga. Kemudian burung kecil itu terbang dan mendarat di depan kaki si lelaki tua sambil mematuk-matuk sisa makanan yang ada di sekitar bangku yang mereka duduki.

“Apa itu nak?” tanya lelaki tua itu lagi.

Sang anak, mulai agak tidak sabar dengan pertanyaan lelaki tua itu, sambil tetap asyik membaca koran, sang anak menjawab, kali ini dengan agak keras. “Burung gereja!”

Burung gereja itu terkejut dan terbang, tetapi sesaat kemudian burung tadi mendekat lagi untuk melanjutkan menghabiskan sisa makanan yang ada di dekat bangku yang mereka duduki.

“Apa itu Nak?”

Kali ini sang pemuda bangkit dari tempat duduknya dan melemparakn koran yang dibacanya dan berteriak.

“B-U-R-U-N-G G-E-R-E-J-A !!
Bukankah sudah aku katakan sejak tadi!!!!”

Mendengar jawaban sang pemuda, lelaki tua tersebut beranjak dari tempat duduknya dan masuk ke dalam rumah. Sementara si pemuda mulai asyik membaca koran yang ditinggalkannya, tetapi pikirannya tidak tenang. Sejenak kemudian sang lelaki tua kembali sambil membawa sebuah buku saku yang sudah usang. Kemudian si lelaki tua membuka sebuah halaman dari buku tadi mengulurkan buku teresebut pada sang pemuda. Sang pemuda keheranan.

“Bacalah!” pinta lelaki tua tersebut.

Sang pemuda masih terlihat ragu.

“Yang Keras Bacanya!”

Kemudian sang pemuda dengan suara lantang membaca,

“Sore itu, aku bersama anak lelakiku sedang bersantai di sebuah taman. Kami duduk di sebuah bangku. Tiba-tiba ada seekor burung gereja hinggap di dahan di depan kami. Anak lelakiku bertanya. “Apa itu Yah?” aku menjawabnya dengan suka cita, “Burung gereja..” Kemudian burung gereja itu terbang dan kemudian kembali hinggap di bangku di depan kami untuk mencari makanan. Sekali lagi anak lelakiku bertanya, “Apa itu Ayah?” aku memeluknya dengan penuh kasih pada anakku yang masih berumur tiga tahun itu, dan kujawab dengan lembut, “Burung Gereja, anakku..”… burung gereja pun terbang dan kembali hinggap di dekat kami, dan sekali lagi anak lelakiku bertanya, “ Apa itu Ayah?” aku memeluknya lagi dan menjawabnya dengan sayang, “Burung gereja sayang!” begitulah anakku bertanya hal yang sama hampir 21 kali, dan setiap kali aku akan menjawabnya aku memelukknya dengan sayang kepada anak lelaki kebanggaanku ….!”

Suara pemuda tersebut bergetar, diletakkannya buku tua tadi dan dipeluknya sang Ayah yang sejak kecil selalu membanggakannya.

*******

My note: sekali membaca kutitikkan air mata, dua kali membaca dada ini terasa sesak,, kuhanya bisa merenung, apakah aku sudah berbuat yang terbaik untuk Bapakku ? Maafkan aku Pak ?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Seorang Mualaf: MAHER ZAIN

Bisik Hening Malam..